Monday, January 18, 2010

Bab 1 Apakah Muslim dan Kristen Berdoa Kepada Tuhan Yang Sama?



PENYEMBAHAN KEPADA ALLAH



Jika anda mengamati orang Muslim yang taat, anda akan mendapati bahwa ia berdoa 5 kali sehari selama sekitar 15-20 menit. Kesetiaan bersembahyang ini adalah salah satu tantangan terbesar dari Islam terhadap kekristenan. Jika kita sekali lagi tidak belajar untuk berdoa dengan lebih bersungguh-sungguh dan setia, maka kita akan diinfiltrasi dan diserap oleh sistem islami.


Dalam 5 kali sembahyang, tiap Muslim akan bersujud kepada Allah hingga 34 kali sehari, mengekspresikan penyerahannya yang sungguh-sungguh kepada Sang Pencipta, Penguasa dan Hakim dunia. Kata Arab “Islam” berarti berserah, pengabdian dan tunduk. Seorang Muslim tidak lagi menjadi manusia yang bebas. Ia telah menyerahkan dirinya kepada Allah dan terikat secara sah kepada Allah sebagai budakNya.


Setiap hari, jutaan orang Muslim beribadah kepada Allah 5 kali sehari dalam mesjid-mesjid mereka atau dimana pun mereka berada. Tiap hari, ritual doa ini melanda bumi kita seperti 5 gelombang yang susul menyusul. Dimulai pada waktu subuh di Indonesia dan berlanjut ke Cina, Bangladesh dan Pakistan, mencapai Asia Tengah dan Iran, dan kemudian orang-orang Muslim bersujud ke tanah di negara-negara Arab dan Afrika dan akhirnya membawa orang-orang Muslim di Amerika sujud menyembah Allah.


Ibadah orang Muslim 5 kali sehari ini adalah tantangan lainnya bagi kita orang Kristen, supaya kita kembali merenungkan komitmen kita kepada Yesus Kristus dan melihat apakah kita sepenuhnya bergantung pada-Nya ataukah kita hidup “di luar Dia” dan lebih menyukai sumber-sumber lain sebagai kekuatan kita.


Dari orang-orang Muslim yang taat kita dapat belajar tentang takut akan Tuhan dan penghormatan yang mendalam terhadap Yang Maha Kuasa. Mereka percaya dalam ketaatan mereka bahwa mereka menyembah Tuhan yang sejati, yang mendengarkan doa-doa Ismail nenek moyang mereka (Kej.21:17-21). Dalam konteks ini, doa-doa Abraham (yang disebut sebagai orang Muslim yang pertama) atau Kornelius haruslah dipertimbangkan (Kis.10:1-48).



ISLAM – PEMBENARAN MELALUI PERBUATAN


Kami tidak bermaksud untuk mengidealkan doa-doa ritualistik orang Muslim, karena itu bukanlah sebuah doa yang spontan ataupun sukarela, melainkan sebuah kewajiban berdasarkan hukum mereka. Barangsiapa yang bersembahyang menurut aturan atau formula yang telah ditetapkan, akan menikmati perlindungan Allah dan berhasil dalam hidupnya. Barangsiapa yang tidak sembahyang, akan tersesat. Menurut doktrin Islam, semua doa adalah perbuatan baik yang menghapuskan perbuatan yang jahat (Sura Hud 11:114).


Pernah ada seseorang yang datang kepada Muhammad di Mekkah dan bertanya dengan nada ironis, “Aku telah berdosa! Apakah yang harus aku lakukan?” Muhammad menasehatinya, “Berdoalah sebanyak tiga kali”. Orang itu menjawab, “Muhammad, aku telah melakukan perzinahan!” Muhammad mengulangi nasihatnya, “Berdoalah tiga kali!”. Orang itu kemudian mengaku, “Saya sungguh-sungguh telah berzinah!” Kemudian Muhammad memberinya jaminan, “Berdoalah tiga kali, bahkan jika namamu adalah Abu Dhal (nama kontemporer dari Muhammad)”.


Oleh karena itu, berdasarkan tradisi ini, dengan berdoa menggunakan doa-doa liturgis sebanyak tiga kali, anda dapat menghapuskan rasa bersalah anda karena telah berzinah menurut penghitungan surga atau bahkan mengumpulkan poin-poin sebagai bonus. Di dalam Islam, kebenaran diperoleh melalui pekerjaan baik/amal. Hal ini dikonfirmasi di dalam Qur’an: (Sura 29:45).


Di dalam Qur’an kita dapat membaca ringkasan komentar: (Sura 35:29-30).



SIAPAKAH ALLAH DI DALAM ISLAM?



Allah – Pribadi yang jauh!


Menurut Qur’an, Allah adalah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa, tuan dan hakim atas semua ciptaan-Nya, namun juga digambarkan sebagai seorang pembuat hukum dan usahawan, yang kepada-Nya 1,4 milyar orang Muslim bersembahyang 5 kali sehari.


Namun demikian, jika anda bertanya kepada seorang Muslim, “Dapatkah anda menceritakan kepada saya siapakah Allah sebenarnya?”, maka ia akan menjawab dengan sebuah senyuman, “ALLAH MAHA BESAR! (Allahu Akbar), yang merupakan singkatan dari pengakuan iman Islam. Kalimat yang tidak lengkap ini berarti bahwa Allah bukan hanya besar, jika tidak demikian masih ada yang lebih besar dari-Nya. Selanjutnya, Ia bukan hanya yang terbesar, jika tidak demikian Ia mungkin dapat dibandingkan dengan makluk ciptaan. Tidak, IA SANGAT BERBEDA, IA ADALAH TUHAN YANG JAUH DAN TIDAK DAPAT DIDEKATI. Ia lebih besar, lebih kuat, lebih indah, lebih kaya dan lebih cerdik daripada apapun yang kita ketahui. Pada akhirnya, semua pemahaman tentang Allah tetaplah tidak sempurna dan jauh dari realita. Dia Yang Kekal di dalam Islam tidak dapat dibandingkan dan didefinisikan. Sebaliknya, Ia menciptakan kita dan menentukan takdir kita. ALLAH BUKANLAH TUHAN YANG PERSONAL DAN MENIPU SIAPAPUN YANG DIKEHENDAKI-NYA DAN MEMIMPIN DENGAN BENAR SIAPAPUN YANG DIKENDAKI-NYA (Sura 6:39, 13:27, 14:4, 16:93, 35:8, 74:31). Ia jauh melebihi emosi dan apa yang dipahami manusia dan senantiasa adil dalam semua yang dilakukan-Nya.



Islam Populer


Mayoritas umat Muslim tidak puas dengan konsep abstrak mengenai Allah yang diajarkan oleh para teolog mereka. Mereka ingin mengetahui siapakah Allah itu dan apa yang dilakukan-Nya. Dari 500 atribut dan gelar Allah yang disebutkan di dalam Qur’an, mereka memilih 99 yang paling indah. Dalam daftar berikut ini kami akan mencoba untuk memberikan sebuah ulasan mengenai nama-nama Allah, yang muncul lebih dari 10 kali di dalam Qur’an.



Nama-nama dan atribut Allah


Nama Allah Frekuensi dalam Qur’an


Allah Allah 2673


Al-Rahman Sang Pemurah 170


Al-Rahim Yang berbelas kasih 228


Al-Alim Yang Maha Mengetahui 158


Al-Hakim Yang Maha Bijaksana 95


Al-Ghafur Yang Mengampuni 91


Al-‘Azis Yang Maha Kuasa dan Mulia 88


Al-Sami’a Yang Maha Mendengar 46


Al-Khabir Yang Ahli 45


Al-Qadir Yang Maha Kuasa 45


Al-Basir Yang Maha Melihat 44


Al-Waliy Sang Gubernur 31


Al-Shahid Sang Saksi 21


Al-Waliyy Sang Wali Yang Setia 21


Al-Wahid Yang Utama/Satu-satunya 21


Al-Ghaniyy Yang Kaya 18


Al-Hamid Yang Terpuji 17


Al-Wakil Sang Agen 13


Al-Mu’id Yang Memulihkan Segala Sesuatu 12


Al-Halim Sang Pengampun Yang Lembut 12


Al-Qawiyy Yang Kuat 11


Ke-22 nama dan gelar dalam daftar di atas merupakan 84 persen dari nama-nama dan atribut-atribut Allah yang muncul dalam Qur’an dan membentuk dasar pemahaman seorang Muslim mengenai Allah. Ketika seorang Muslim berdoa dengan menggunakan tasbihnya, menyentuh ke-33 butiran tasbihnya, menghubungkannya


dengan 33 nama Allah sebanyak 3 kali, ia berharap hal itu dapat mengkompensasikan satu dari dosa-dosanya yang dicatat dalam kitab Allah.


Al-Ghazali, salah seorang teolog Islam yang sangat ternama, menjelaskan dan membandingkan ke-99 nama dan atribut Allah ini satu sama lain. Ia menyadari bahwa beberapa dari konsep penting ini tumpang tindih ataupun berkontradiksi satu sama lain, dan ia berkesimpulan, “Allah adalah segala sesuatu dan juga bukan apa-apa! Kita tidak dapat memahami-Nya dengan pengertian kita, kita hanya dapat menyembah-Nya!”


Ringkasan nama-nama Allah dapat ditemukan di dalam Sura 59:22-24 sebagai berikut….



Keesaan Allah


Muhammad melanjutkan pernyataannya mengenai Allah dan pertama kalinya bersaksi kepada orang Yahudi dan orang Kristen selama bertahun-tahun ketika Islam masih menjadi minoritas di Mekkah: (Sura 29:46).


Ayat-ayat serupa dengan penekanan pada toleransi sering ditemukan di dalam Qur’an. Ayat-ayat ini pada masa kini digunakan oleh orang Muslim yang hidup sebagai kelompok minoritas di antara orang-orang Kristen, untuk membenarkan diri mereka sendiri.


Sayangnya, Muhammad menyatakan hal yang yang berlawanan di Medina 10 tahun kemudian dan dengan demikian membatalkan semua ayat dalam Qur’an yang berasal dari periode Mekkah, yang menganjurkan untuk bersikap toleran:(Sura9:29).


Ketika Muhammad dan para pengikutnya mengontrol kelompok mayoritas di Medina, ia tidak lagi bersikap toleran terhadap agama lain. Sejak saat itu, Islam telah dipandang sebagai satu-satunya agama yang sah di mata Allah (Sura 3:19, 2:193, 61, 9 dan lain sebagainya).


Iman kepada Allah, satu-satunya Tuhan, menjadi salah satu dari artikel-artikel krusial dalam keyakinan Islam dan didefinisikan sebagai pusat pengakuan orang-orang Muslim: “TIADA TUHAN SELAIN ALLAH!” Barangsiapa yang percaya dan menyembah Tuhan lain selain Allah, telah melakukan penghujatan yang tidak terampuni, dari sudut pandang Islam.



MENURUT QUR’AN ALLAH ITU BUKAN….


Allah – Bukan Trinitas


Barangsiapa yang menganggap serius orang-orang Muslim, akan segera menyadari bahwa Qur’an dengan keras menyangkali eksistensi Trinitas Yang Kudus. Salah satu dari sekian alasan yang ada ialah bahwa ada sebuah sekte Kristen yang tumbuh subur di Timur Dekat pada masa Muhammad yang mengajarkan bahwa Trinitas itu terdiri dari Bapa, Sang Putera dan Maria, yaitu Allah, Maria dan Yesus (Sura 5:116)! Namun, penyesatan ini ditolak oleh semua gereja. Walau demikian, banyak orang Muslim masih percaya bahwa menurut orang Kristen Allah tidur dengan Maria dan memperanakkan Yesus melalui Maria. Tuduhan penghujatan ini, yang berdasarkan kesalahpahaman, mengakibatkan adanya penolakan terhadap doktrin Trinitas Tuhan di dalam komunitas Islam. Lebih jauh lagi, sikap ini didukung oleh sebuah peringatan terbuka:…(Sura 4:171b).


Barangsiapa yang percaya kepada Trinias Yang Kudus sangat dikutuk oleh Qur’an:…(Sura 5:73).


Jika mereka secara ketat mengikuti pemikiran mereka ini, orang-orang Semit (Yahudi dan Muslim) tidak dapat mengasumsikan bahwa Tuhan itu lebih dari satu pribadi. Juga mereka tidak dapat mengakui kekristenan sebagai agama yang monoteistik, bahkan jika para penganut idealisme Eropa tetap berpegang pada ilusi “tiga agama monoteistik”.



Allah – Bukanlah Bapa


Untuk alasan yang sama, banyak orang Muslim beranggapan bahwa jika kita memanggil Tuhan sebagai Bapa atau Bapa dari Yesus Kristus, maka itu adalah penghujatan. Dengan melakukan yang demikian, mereka secara sadar atau tidak telah membuat diri mereka sendiri tidak dapat masuk ke dalam pusat penyataan diri Yesus Kristus, yang mengajarkan kita berdoa: “Bapa kami yang ada di dalam Sorga, dimuliakanlah nama-Mu!” Dalam catatan ke-empat Injil, Yesus berbicara mengenai Bapa sebanyak 200 kali, dan hanya 99 kali mengenai Tuhan. Kristus menyatakan kepada kita akan Tuhan yang dekat dan personal, yang dalam kasih-Nya Ia telah mengadopsi kita secara sah selamanya sebagai anak-anak-Nya sendiri, dan dengan demikian Ia menjadi “Bapa kita”.


Pemahaman yang baru semacam ini mengenai Tuhan, seperti yang ditekankan dalam Perjanjian Baru, adalah jawaban teologis Yesus terhadap konsep Islam yang kaku mengenai Allah. Orang-orang Kristen mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang Muslim. Orang-orang Kristen mempunyai hubungan yang bersifat pribadi dengan Tuhan. Melalui “telepon merah” mereka telah dihubungkan dengan Yang Maha Kuasa, yang telah menjadi Bapa mereka oleh karena pengorbanan Kristus. Bapa mereka mengenal mereka, memelihara mereka dan mengasihi mereka, dimana pun mereka berada. Muslim tidak mempunyai kontak langsung dengan Allah. Qur’an juga tidak memberikan mereka hak apa pun untuk menyebut diri mereka sebagai anak-anak Tuhan. Mereka selamanya dipaksa tetap menjadi budak-budak yang menyembah Tuhan semesta alam.


Penolakan terhadap klaim Kristen yang menyebut diri mereka sebagai anak-anak Tuhan dipandang sebagai subversif dan kategorikal, sebagaimana yang dinyatakan oleh Muhammad di dalam Qur’an:… (Sura 5:18).


Bantahan terhadap klaim “Putra Illahi” oleh manusia biasa dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi di Medina juga telah menjelaskan kepada Muhammad bahwa Yahweh telah memilih mereka secara korporat dan yudisial untuk menjadi keturunan-Nya (Ulangan 32:6, Yesaya 63:16; Yeremia 3:4, 19; 31:9; dll). Ya Yahweh, Engkaulah Bapa kami, Penebus kami, nama-Mu kekal selamanya” (Yesaya 63:16b). Hak istimewa yang bersifat koletif ini yang ada dalam Perjanjian Lama telah dijanjikan secara personal kepada tiap individu yang telah lahir baru dan menjadi murid melalui Yesus Kristus (Roma 8:14-16).



Allah – Bukanlah Sang Putra


Qur’an mewajibkan semua Muslim untuk percaya kepada ‘Isa, Putra Maria dan utusan Allah, dan juga kepada semua nabi. Ini berarti semua Muslim percaya kepada Kristus. Pertanyaannya hanyalah: Bagaimanakah Kristus dipresentasikan di dalam Qur’an?


Qur’an beberapa kali menyinggung kenyataan bahwa Kristus dilahirkan oleh perawan Maria, tanpa disentuh oleh pria mana pun. Putranya diciptakan melalui firman Tuhan dan Roh-Nya di dalam Maria. Dikatakan bahwa Maria menjawab Jibril (Gabriel) demikian:…(Sura 19:20, 3:47).


Muhammad menggambarkan konsepsi Yesus menurut caranya sendiri:..(Sura 21:92, 66:12).


Berdasarkan hal ini, Orang-orang Muslim dapat percaya bahwa Kristus dilahirkan oleh perawan Maria. Namun demikian, mereka dengan keras menolak untuk percaya bahwa putra Maria juga adalah Putra Tuhan, karena Ia hanya diciptakan oleh Allah di dalam Maria, dan bukannya diperanakkan. Berdasarkan dogma Islam ini, Qur’an secara spesifik berkontradiksi dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, yang diakui oleh semua gereja, yaitu bahwa Kristus adalah: “Tuhan dari Tuhan, Terang dari Terang, Tuhan yang sejati dari Tuhan yang sejati, diperanakkan bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa”.


Para pengikut Muhammad menyangkali keilahian Kristus dalam bentuk apa pun, tetapi mereka percaya akan keunikan mujizat penyembuhan-Nya, kebangkitan dari setidaknya tiga orang mati melalui perkataan-Nya dan juga perkembangan lebih lanjut dari hukum Musa melalui Putra Maria (Sura 3:49b-50). Mereka membaca mengenai bagaimana para murid diberi makan di padang gurun oleh meja yang turun dari Surga (Sura 5:112-115) dan menyaksikan kemampuan-Nya untuk mengimpartasi sikap kerendahan yang baru dan kemurahan hati kepada para pengikut-Nya (Sura 57:27a).


Lebih jauh lagi, orang Muslim percaya pada kenaikan tubuh-Nya ke surga dan kehadiran-Nya secara aktual dengan Allah. Namun, mereka dengan sangat keras dan spesifik menyangkali fakta historis penyaliban-Nya. Melalui penyangkalan ini, 1,4 miliar orang Muslim benar-benar memisahkan diri mereka sendiri dari keselamatan seutuhnya, yang juga ditujukan untuk mereka dan secara sadar ataupun tidak menolak pengampunan atas dosa-dosa mereka melalui karya penebusan Kristus. Mereka berharap dapat memperoleh kebenaran mereka sendiri tanpa salib Kristus.



Allah – Bukanlah Roh Kudus


Islam tidak hanya menyangkali keilahian Kristus, namun juga Roh Kudus. Hanya dalam Sura-Sura yang diterbitkan di Medina dan dalam tradisi-tradisi akhir “ Roh Allah” disebut sebagai “Jibril” (Gabriel). Roh Allah disebutkan 29 kali di dalam Qur’an, tetapi senantiasa dalam pengertian sebagai suatu makhluk ciptaan, seperti halnya malaikat atau roh-roh jahat. Ia selalu berada di bawah otoritas Allah (Sura 17:85). Ia tidak bersifat ilahi seperti yang dipahami oleh Perjanjian Baru. Allah itu esa! Tidak ada roh Allah yang independen disisi-Nya.


Oleh karena alasan ini, tidak ada persepsi mengenai natur yang sebenarnya dari Bapa dan Sang Putra di dalam Islam, karena Roh Kuduslah yang menyatakan hal ini kepada hati manusia (Roma 8:15-16; 1 Korintus 12:3). Akibatnya, tidak ada buah Roh (Galatia 5:22-25) di dalam Islam, melainkan hanyalah perbuatan daging (Galatia 5:19-21). Kesalehan natural dan pengabdian religius hanya mempunyai sangat sedikit hubungan, bahkan tidak sama sekali, dengan efek dari berdiamnya Roh Kristus dalam diri manusia. Lagipula, tidak ada orang Muslim yang mempunyai pengharapan yang pasti akan hidup kekal (Kolose1:27b). Walaupun semua manusia berharap dapat diciptakan kembali pada Hari Penghakiman, tidak ada pembaharuan spiritual dalam hidup di dunia ini maupun di akhirat. Semua pertanyaan mengenai hal itu akan dijawab dengan “mungkin”, atau “jika Allah menghendaki”.


Semua pelajar teologi Islam akan segera melihat bahwa Allah bukanlah Bapa dan tidak pernah menjadi Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah bukanlah Trinitas yang kudus. Ia adalah roh yang sangat berbeda dari Tuhan yang ada di dalam Alkitab. Siapapun yang mengatakan bahwa Bapa dari Yesus Kristus dan Allah adalah satu dan pribadi yang sama, maka ia berpikiran dangkal, naïf, atau tidak mempedulikan isi Qur’an yang sesungguhnya dan juga tradisi-tradisi Muhammad. Setiap Muslim yang taat akan dengan keras menolak esensi dari Injil, yaitu: “Sebab Elohim demikian mengasihi dunia ini, sehingga Dia mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan dapat memperoleh hidup kekal”. (Yohanes 3:16. ILT).



Dalam Pengertian Apakah Kasih Tuhan Berbeda Dari Kemurahan Allah?


Nama Tuhan yang sering muncul dalam Qur’an selain gelar utama ‘Allah’ adalah “ Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang” (“al-Rahman al-Rahim”). Setiap Sura, kecuali satu, dimulai dengan nama ini. Apabila ada pemotongan binatang berdasarkan kebiasaan Islam, kata-kata ini akan diucapkan. Daging yang lain dipandang haram. Rahasia pengharapan orang Muslim terletak pada nama Allah yang satu ini. Ekspresi Semitisnya mempunyai makna bagi mereka bahwa Yang Maha Kuasa bermurah hati pada seorang Muslim yang dalam kesusahan atau pun sukunya. Ia menundukkan diri kepada mereka, mendengarkan mereka ketika mereka berseru kepada-Nya (al-Du’a) dan “barangkali” atau “mudah-mudahan” Ia akan menolong mereka. Namun, Ia tetaplah Allah yang besar, jauh, dan tidak dapat didekati, yang kepada-Nya semua orang takut dan beribadah dengan penuh penghormatan.


Namun demikian, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa: “Elohim adalah kasih, dan siapa yang tetap tinggal di dalam kasih, dia tetap tinggal di dalam Elohim, dan Elohim di dalam ia” (1Yoh.4:16.ILT). Kasih Tuhan (Agape) menunjukkan dirinya dalam inkarnasi-Nya menjadi manusia di dalam Kristus Yesus, hidup bersama kita, mengambil kesalahan-kesalahan kita pada diri-Nya sendiri, dan mati menggantikan kita. Dalam kekudusan-Nya Ia tidak tinggal jauh dari kita, namun meninggalkan kemuliaan-Nya, menjadi salah satu dari kita dan membiarkan diri-Nya disalib bagi pembenaran kita. Kasih tidak hanya menolong sekali-sekali, tetapi mengorbankan diri-Nya seutuhnya, bahkan hingga sampai pada kehinaan.


Mungkin ada ilustrasi praktis yang dapat menolong untuk memahami perbedaan antara pemahaman Islam mengenai kemurahan Allah dan pengertian Kristen mengenai kasih Tuhan: Jika seorang pria berkata kepada tunangannya, “Aku bermurah hati padamu dan akan menikahimu,” seperti apakah reaksi wanita itu? Pasti ia akan lari meninggalkan pria itu! Tetapi jika pria itu berkata, “Aku mencintaimu, dan karena itu aku ingin menikahimu”, maka mereka akan sepakat untuk menikah. Allah itu Tuhan yang sangat jauh dan tidak dapat dicapai, sedangkan dalam kekristenan Tuhan turun hingga ke level kita manusia, mengorbankan diri-Nya bagi kita, menjadi satu dengan kita dan mengubah kita melalui kasih-Nya.


Semua pemikiran ini membangkitkan pertanyaan yang mendasar: Jika Allah tidak dapat menjadi Bapa, Putra atau Roh Kudus, dan tidak dapat mengasihi, maka siapakah Dia? Apakah ada Tuhan lain selain Trinitas?



Wajah Allah Yang Sebenarnya Di Dalam Islam


Kita harus membebaskan diri kita dari idealisme Abad Pencerahan dan penipuan diri oleh humanisme dan secara spiritual mengalahkan impian kosong tentang tiga agama Abaraham yang percaya kepada satu Tuhan.



Allah – sebuah roh yang anti Biblika?


Limapuluh hingga enampuluh persen Qur’an secara tidak langsung diambil dari Perjanjian Lama dan literatur penafsirannya, yang tidak dapat dibaca Muhammad, karena belum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada waktu itu. Oleh karena itu kami menemukan tradisi oral dari Mishna, Talmud, dan tulisan-tulisan Yahudi lainnya dalam bentuk Arab dan Islam. Kira-kira 5-7% dipinjam dari Perjanjian Baru, yang juga pada waktu itu belum ada versi Arabnya. Itulah sebabnya mengapa beberapa teks apokrifa muncul di dalam Qur’an, dan telah dimodifikasi bentuk dan isinya agar sesuai dengan konteks Islam.


Terjemahan dari tradisi-tradisi oral ini ke dalam bahasa Arab yang digunakan untuk percakapan sehari-hari suku Quraish adalah keberhasilan besar Muhammad. Sayangnya, dalam terjemahannya ia melakukan banyak kesalahan. Namun demikian, ia tidak mengijinkan orang Yahudi dan orang Kristen untuk mengkoreksi apa yang disebutnya sebagai wahyu. Bahkan ia menjadikan “wahyu-wahyu” tersebut sebagai standar bagi kebenaran yang diwahyukan. Segala sesuatu di dalam Alkitab yang tidak menguatkan versi Arab dari Qur’an dianggap palsu. Padahal, teks asli Alkitab dianggap telah diinspirasikan secara verbal. Mayoritas Muslim yakin bahwa ada orang-orang Yahudi yang dengan sengaja telah memalsukan teks-teks tertentu dari Taurat untuk menyesatkan Muhammad, dan bahwa orang Kristen telah menghapus nama Muhammad dari catatan Injil. Dengan logika sederhana ini kebenaran alkitabiah disalah-mengerti berdasarkan perspekstif Qur’an yang salah dan juga kebohongan Islam dipresentasikan kepada dunia sebagai kebenaran.


Kecurigaan seperti ini dengan mudah menghinggapi orang Muslim, oleh karena Qur’an mereka dapat dibaca dalam 7 versi yang berotoritas, dan dapat diterjemahkan dengan 7 versi berbeda yang sama-sama diakui nilainya. Edisi Qur’an kuno masih memiliki 3 karakter vokal/huruf hidup yang berbeda di atas banyak konsonan, karena ketiga cara pembacaan dimungkinkan dan diterima oleh para Mufti.


Lebih jauh lagi, 240 ayat dalam Qur’an dibatalkan oleh wahyu-wahyu Allah yang turun belakangan. Namun demikian, ayat-ayat yang lama dan yang baru masih sama pentingnya, walaupun yang sudah ada terlebih dahulu telah dibatalkan. Orang-orang yang tidak mempunyai cukup informasi akan dengan mudah disesatkan, oleh karena ayat-ayat yang saling berkontradiksi dapat memberikan sudut pandang yang berbeda.



Apakah orang Muslim boleh berbohong?


Tidak ada roh kebenaran di dalam Islam sebagaimana yang ada di dalam Perjanjian Baru. Walaupun Allah disebut sebagai “Sang Kebenaran dan Kesalehan” (al-Haqq) lebih dari sekali di dalam Qur’an, kita juga dapat membaca bahwa dua kali Ia disebut sebagai ”Penipu Terbesar” (khair al-maakireen, Sura 3:54, 8:30) dan Ia menjadi seorang pengkhianat terhadap barangsiapa yang mengkhianati-Nya (Sura 4:124)! Jika obyek penyembahan sebuah agama mempunyai sifat yang licik dan menipu, bagaimana mestinya para penganutnya harus hidup? Lebih jauh lagi, Qur’an mencatat bahwa Allah memerintahkan Muhammad dan para pengikutnya yang setia untuk membatalkan sumpah mereka yang dibuat dengan buru-buru (qad farada al-lah lakum tahillat aimanikum; Sura 66:2). Ini berarti bahwa bahkan sebuah sumpah tidak menjadi jaminan akan kebenaran.


Berbagai tradisi mengenai Muhammad menegaskan bahwa seorang Muslim berhak untuk berbohong dalam 4 keadaan! Oleh karena itu, ketidakbenaran dan distorsi fakta diijinkan dalam apa yang disebut sebagai Perang Suci, dalam rekonsiliasi dua orang Muslim, antara seorang suami dengan istri-istrinya, antara seorang istri dengan suaminya (Thirmidhi, birr 26; Musnad Ahmad b. Hanbal 6:459, 461). Prinsip yang tidak etis seperti itu merendahkan keyakinan akan kebenaran dan kejujuran pernyataan-pernyataan sesama kita lebih dari yang dapat kita bayangkan. Terjemahan-terjemahan Qur’an dan tradisi-tradisi yang ada seringkali mengabaikan/menyembunyikan ayat-ayat dan pernyataan-pernyataan seperti itu, namun kutipan yang telah disebutkan diatas telah berusaha untuk memuat isi yang sesungguhnya dalam bahasa Arab seakurat mungkin.


Orang-orang Kristen, yang hendak mendiskusikan hal-hal berkenaan dengan keyakinan dengan orang Muslim harus benar-benar mempersiapkan diri terlebih dahulu, agar mereka tidak dikonfrontasikan dengan opini-opini yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang sesungguhnya dipercayai orang Muslim. Muhammad berulangkali menekankan kenyataan bahwa “perang adalah penipuan”, hukum Shariah semua Negara non-Islam adalah teritorial musuh dan mendukung taktik-taktik seperti penipuan, pengkhianatan dan meninabobokkan musuh dengan rasa aman yang palsu.


Dalam kasus-kasus yang ekstrim, seorang Muslim yang tinggal di negara dimana Islam adalah kelompok minoritas dapat mengaku dirinya sebagai orang Kristen, seorang Hindu atau seorang ateis untuk memperoleh keuntungan atau perlindungan, selama ia tetap setia kepada imannya di dalam hatinya. Namun, jika ia benar-benar meninggalkan keyakinannya, maka murka Allah dan penganiayaan besar akan menimpanya (Sura 16:106). Dalam konteks ini, penting untuk memperhatikan bahwa tidak semua Muslim adalah penipu atau pembohong. Diantara mereka ada orang-orang yang mempunyai karakter yang baik, yang jujur dan perkataannya dapat dipercayai. Namun demikian, masalahnya terletak pada sumber dari agama mereka, yang mempermudah mereka untuk menyimpang dari kejujuran, jika mereka dalam keadaan terdesak.



Allah – Suatu Roh Anti Kristen?!


Kenyataan bahwa Islam secara kategorial menolak keilahian Kristus, dan mengulangi penyangkalan itu di dalam Qur’an, yaitu menyangkali bahwa Ia adalah Tuhan dan Putra Tuhan, akan membawa para pembaca dokumen Perjanjian Baru kepada kesimpulan bahwa Allah adalah roh yang anti Kristen. Perkataan Rasul Yohanes, yang dengan jelas menyaksikan kasih Tuhan memberikan penjelasan bagi kita bagaimana seharusnya kita menguji roh:(1Yohanes 2:22-23 dan 4:1-3).


Kita harus berhati-hati merenungkan teks ini dan mengijinkan sang Rasul kasih Elohim menginstruksikan kita dalam kebenaran, bahkan soal Islam sekali pun. Adalah tidak mungkin bahwa Bapa dari Yesus Kristus mengirimkan malaikat-Nya, yaitu Gabriel kepada Muhammad di Mekkah untuk mendiktekan sebanyak 17 kali bahwa Ia, Tuhan, tidak memiliki Putra, jika Ia mengutus malaikat yang sama kepada Maria di Nazaret 600 tahun sebelumnya, untuk menginformasikan kepadanya bahwa ia akan mengandung melalui Roh Kudus, dan anak yang dikandungnya itu akan disebut “Elohim Yang Maha Tinggi” dan “Putra Elohim” (Yesaya 9:5, Lukas 1:32, 35).


Wahyu yang diterima Muhammad tidak mungkin berasal dari Tuhan, karena “Tuhan ada dalam Kristus dan Ia mendamaikan dunia ini dengan diri-Nya sendiri” (2 Korintus 5:19). Lalu bagaimana Muhammad dapat menegaskan bahwa malaikat Gabriel telah mengajarinya, dan bahwa Yesus tidak pernah disalibkan? (Sura 4:157).


Cara pandang spiritual terhadap segala sesuatu telah membawa pengalaman yang pahit dalam konseling Kristen sehingga banyak orang Muslim telah diikat oleh perbudakan korporat, dan lebih atau juga kurang menyadari adanya fakta bahwa mereka telah menjadi kebal dan dikeraskan terhadap Yesus dan Injil.


Jika seorang Muslim ingin meninggalkan Islam dan menerima Kristus, pembebasan-nya tidak hanya terjadi melalui pengajaran Alkitab yang benar dan argumen-argumen yang mempersalahkan Islam. Sebaliknya, setiap orang harus dibebaskan oleh perkataan Kristus, “Sebab itu apabila Putra memerdekakan kamu, kamu pun akan benar-benar merdeka” (Yohanes 8:36, Roma 6:16, 18, 22. ILT). Banyak petobat baru tidak pernah benar-benar dapat membebaskan diri mereka seutuhnya dari ikatan-ikatan dalam alam bawah sadar mereka, karena mereka tidak mengikuti peraturan dasar yang ditetapkan oleh Yesus Kristus, “Jika seseorang ingin ikut di belakang-Ku, hendaklah ia menyangkal dirinya sendiri, dan memikul salibnya dan mengikuti Aku. Sebab siapapun yang berkeinginan untuk menyelamatkan jiwanya, dia akan membinasakannya; tetapi siap yang menghilangkan nyawanya demi Aku, ia akan mendapatkannya” (Matius 16:24-25. ILT).



Roh Allah Melawan Roh Kudus


Islam adalah sebuah kekuatan spiritual yang terus-menerus bertentangan dengan Roh Kudus. Dari penampakan luarnya, Islam menindas, menganiaya dan mengusir gereja-gereja Kristus. Sebagai bangsa Eropa, kami tidak dapat membayangkan betapa dahsyatnya orang-orang Kristen Ortodoks telah dihina, direndahkan, dan dianiaya selama 53 generasi terakhir ini. Mereka telah dan masih diperlakukan sebagai warga negara kelas dua oleh negara-negara dengan mayoritas penduduknya yang Islam. Hanya 10% dari anggota-anggota gereja-gereja Kristen mula-mula yang melawan tekanan permanen ini dan menolak untuk memeluk Islam! Mereka lebih memilih kemiskinan dan malu daripada kehilangan keselamatan yang diberikan melalui penyaliban Putra Tuhan.


Barangsiapa yang ingin memahami kondisi yang dialami orang-orang Kristen di dalam negara Islam agar dapat menikmati perlindungan yang meragukan dari negara, harus membaca surat berikut ini. Surat ini didiktekan kepada gereja-gereja di Damaskus dan sekitarnya, namun mereka harus menandatanganinya seakan-akan merekalah yang menulisnya:



Demi nama Allah Yang Pemurah dan Penyayang:


Kami orang-orang Kristen Damaskus (dan distrik-distrik sekitarnya) menyampaikan surat berikut ini kepada hamba Allah, Omar ben Khattab, Pangeran orang-orang beriman.


Ketika anda memasuki negeri ini, kami meminta anda untuk memberikan kami jaminan bahwa anda akan memberikan kami hidup kami dan juga hidup keturunan kami, harta milik kami, dan juga saudara-saudara kami seiman. Kami, sebagai balasannya, akan mewajibkan diri kami sendiri untuk memenuhi kewajiban-kewajiban berikut ini:


Kami berjanji, di masa yang akan datang, untuk tidak lagi membangun gereja, tidak lagi membangun biara, tidak lagi membangun sel-sel monastik, dan juga tidak lagi membangun pertapaan-pertapaan di kota-kota kami. Kami tidak akan merestorasi bangunan-bangunan tersebut di atas jika bangunan-bangunan itu telah rusak atau berada di wilayah pemukiman Muslim.


Kami akan membuka pintu kami untuk orang-orang yang singgah dan para pengelana. Kami akan menyambut semua orang Muslim sebagai tamu kami dan akan memberikan mereka keramahan kami selama 3 hari. Kami tidak akan melindungi mata-mata, baik dalam gereja-gereja kami atau dalam rumah-rumah kami. Kami tidak akan menyimpan rahasia apa pun yang dapat mengusik Muslim dalam cara apa pun.


Kami tidak akan memberikan pada anak-anak kami instruksi-instruksi yang bertentangan dengan Qur’an. Kami tidak akan mengadakan ibadah-ibadah religius kami secara terbuka dan kami tidak akan menganjurkannya dalam khotbah-khotbah kami. Kami tidak akan menghalangi kerabat-kerabat kami untuk memeluk Islam jika mereka menghendakinya.


Kami akan menunjukkan penghormatan kepada orang Muslim dan berdiri jika mereka ingin duduk. Kami tidak akan meniru pakaian mereka, juga topi dan sorban mereka, sepatu dan juga gaya rambut mereka. Kami tidak akan mengadopsi cara mereka berbicara (yaitu, idiom-idiom tertentu mereka), dan tidak akan menggunakan sapaan kepada ayah ataupun anak. Kami tidak akan menggunakan sadel, kami tidak akan memperlengkapi diri dengan pedang, kami tidak akan memiliki senjata, dan tidak akan memanggul benda tajam. Kami tidak akan mengukir huruf-huruf Arab pada segel kami. Kami tidak akan berurusan dengan minuman beralkohol. Kami akan mencukur janggut kami. Kami akan mengenakan baju dan ikat pinggang yang sama kemana pun kami pergi.


Kami tidak akan menunjukkan salib kami atau buku-buku kami di jalanan atau pasar yang sering dikunjungi orang Muslim. Kami akan membunyikan lonceng gereja dengan diam-diam. Kami tidak akan bersuara di tengah-tengah kehadiran orang Muslim. Kami tidak akan mengorganisir arak-arakan publik pada hari Minggu Palem atau Paskah. Kami tidak akan meratap dengan keras pada acara-acara pemakaman kami. Kami tidak akan berdoa dengan cara pamer di jalan-jalan ataupun pasar yang sering dikunjungi orang Muslim. Kami tidak akan menguburkan saudara seiman kami dekat dengan pekuburan Muslim.


Kami tidak akan mempekerjakan budak, yang merupakan milik/properti orang Muslim. Rumah-rumah kami tidak akan lebih tinggi dari rumah orang Muslim.


Ini adalah persyaratan-persyaratan yang telah kami dan saudara-saudara kami setujui. Sebagai balasannya kami menerima jaminan perlindungan. Seandainya kami melanggar salah-satu dari kewajiban-kewajiban ini, yang diwajibkan atas diri kami, kami akan kehilangan hak kami untuk dilindungi dan akan bersedia menanggung hukuman, yang disediakan bagi para pemberontak dan para revolusioner.


Menurut pakar Hukum Islam, Mawardi, sebuah jaminan perlindungan dapat dibatalkan, jika mereka yang mempunyai legitimasi klaim perlindungan tidak melaksanakan poin-poin berikut ini:


Mereka dilarang mengkritik kitab Allah (Qur’an) atau mengklaim bahwa Qur’an telah ternoda.


Mereka dilarang menuduh Rasul Allah telah menyesatkan atau menghinanya.


Mereka dilarang mengkritik atau menyerang agama Islam.


Mereka dilarang menuduh seorang wanita Muslim telah melakukan perzinahan atau mendekatinya dengan alasan pernikahan.


Mereka dilarang membingungkan seorang Muslim untuk menghormati agamanya atau menyentuh barang kepunyaannya.


Mereka dilarang mendukung musuh-musuh bersenjata yang melawan negara-negara Islam atau meminta dukungan dari kerajaan-kerajaan mereka.


Sejak tahun 1973 kami menyaksikan sebuah masa pencerahan Islam yang terang-terangan, karena 20% dari rata-rata keuntungan produksi minyak di negara-negara Islam diperkirakan telah diberikan untuk tujuan-tujuan religius. Sejak saat itu, kegerakan Islam di seluruh dunia semakin meningkat. Larangan-larangan untuk melakukan misi semakin diperketat. Para petobat baru dari latar-belakang Islam seringkali mendapatkan ancaman kematian. Gereja-gereja lokal/penduduk asli mengalami pelecehan dan hampir-hampir tidak pernah mendapatkan ijin untuk mendirikan gedung. Reformasi Islam menuntut introduksi Shariah di dalam semua negara Islam dan bukannya hukum yang berlaku sekarang yang berasal dari jaman kekuatan kolonial. Ini membatasi kemerdekaan dan hak-hak kesetaraan dari orang-orang Kristen lokal dengan sangat besar. Ditambah lagi pekerjaan misi diantara orang Muslim di negara-negara Islam dilarang “oleh pihak otoritas negara”, sedangkan misi orang Muslim sedunia di semua benua mengalami kemajuan besar. Mesjid-mesjid bermunculan seperti jamur di semua negara Kristen.


Di Indonesia, sinode-sinode yang besar berkembang di antara suku-suku animistis seperti Batak, Dayak, dan suku-suku lainnya selama masa penjajahan Belanda. Dalam beberapa dekade terakhir, lebih dari 700 gedung gereja telah dirusak atau dibakar habis untuk mengurangi penampakan dominasi Kristen di daerah-daerah dan kota-kota islami. Di Nigeria Selatan, juga dalam beberapa dekade terakhir, orang-orang Muslim mengadakan perlawanan sipil terhadap kelompok minoritas Kristen berulangkali, karena mereka menganggap diri mereka sebagai warga dari negara yang netral dan menolak untuk tunduk terhadap hukum Shariah. Di Mesir, sekelompok wisatawan Swiss diserang di Luxor ketika mereka sedang mengunjungi sebuah bangunan kuil; para wanita diperkosa di depan umum, para pria dibunuh dan mereka semua dikutuki, karena para teroris Islam menolak kehadiran turis-turis asing yang seringkali berpakaian terbuka.



Beberapa tambahan kewarasan Alkitabiah


Banyak orang Kristen di Barat yang belum menyadari bahwa mereka berada di tengah-tengah apa yang disebut sebagai Perang Suci gelombang ketiga yang ofensif. Dimana pun sebuah mesjid dibangun di Afrika, Asia, Eropa dan Amerika, sebuah jembatan agama totaliter didirikan, dalam mana Shariah menjadi sah dan bukannya hukum yang berlaku di negara itu. Tujuan Islam yang tidak pernah berubah adalah pemberlakuan negara teokratis, seperti yang dikemukakan oleh Khomeini dan para penerusnya (Sura 2:193; 8:39, 61:9-11).


Barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah di dalam Islam adalah Tuhannya Abraham dan Bapa dari Yesus Kristus, maka ia telah tertipu dan tidak menyadari dimensi apokaliptik serangan Islam. Belum pernah terjadi sebelumnya ada banyak orang Muslim yang tinggal di negara-negara Kristen. Oleh karena ekses jumlah kelahiran orang Muslim berlipatganda setiap 27 tahun atau bahkan lebih cepat, sedangkan orang Kristen di seluruh dunia membutuhkan 54 tahun untuk menggandakan jumlah mereka.


Orang-orang Kristen harus belajar untuk memahami Islam dari sudut pandang Injil dan menginjili orang Muslim dalam nama Yesus. Jika tidak demikian maka Eropa, seperti yang pernah dialami Timur Tengah, akan diperhadapkan dengan kebangkitan yang mengerikan.



8 comments:

  1. I really enjoyed reading the posts on your blog. I would like to invite you to come on over to my blog and check it out. God bless, Lloyd

    ReplyDelete
  2. Dear

    nabi Adam dan hawa tidak dilahirkan dari seorang ibu... nabi isa as dilahirkan seperti manusia yg lainnya. Umat kristiani mengakui Nabi Ibrahim yg mengesakan satu tuhan ALLAH.

    saran... pahami Injilmu yg telah dirubah. cerna dan dg rasional objektif. apakah itu firman tuhan?

    test kemurniannya.

    coba liat penjelasan dan perdebatan dr.naek zakir.

    thks

    ReplyDelete
  3. INILAH KEBENARAN YG SELALU DISEMBUNYIKAN GEMBALA DARI JEMAATNYA...!

    @ Apa kata Alkitab Mengenai ALLAH dan YESUS..??

    JIKA orang membaca Alkitab dari depan sampai belakang tanpa memiliki gagasan sebelumnya mengenai TRITUNGGAL apakah mereka dengan sendirinya akan sampai pada konsep tersebut? Sama sekali TIDAK..!

    Apa yang dengan sangat jelas akan timbul dalam pikiran seorang pembaca yang netral ialah bahwa Allah saja Yang Mahatinggi, sang Pencipta, terpisah dan berbeda dari pribadi manapun, dan bahwa Yesus, bahkan dalam keberadaannya sebelum menjadi manusia, juga terpisah dan berbeda, suatu makhluk yang diciptakan, lebih rendah daripada Allah.

    @ Allah Itu SATU, BUKAN TIGA..

    AJARAN Alkitab bahwa Allah itu ESA atau SATU disebut MONO-teisme.
    Dan L. L. Paine, profesor sejarah gereja, menyatakan bahwa monoteisme dalam bentuknya yang paling murni TIDAK mengizinkan adanya Tritunggal:
    > “Perjanjian Lama secara tegas adalah monoteistis. Allah adalah suatu pribadi tunggal. Gagasan bahwa suatu tritunggal dapat ditemukan di dalamnya... **sama sekali TIDAK BERDASAR.” !! B|

    Apakah ada perubahan dari MONOTEISME setelah Yesus datang ke bumi?
    Paine menjawab: “Mengenai hal ini tidak ada pemisah antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tradisi monoteistis terus dilanjutkan.

    Yesus adalah seorang Yahudi, dilatih oleh orang-tua Yahudi dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Ajarannya sepenuhnya Yahudi: memang suatu injil baru, namun bukan suatu teologi baru... Dan ia menerima sebagai kepercayaannya sendiri ayat agung dari monoteisme Yahudi:
    >>** ‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan ALLAH kita adalah SATU Allah’”

    Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB) Katolik berbunyi:
    > “Dengarlah, Israel: Yahweh Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh.”[1] Dalam tata bahasa dari ayat itu. kata ìesaî tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu pribadi.
    Catatan kaki:
    [1] Nama Allah dinyatakan “Yahweh” dalam beberapa terjemahan, “Jehovah” dalam terjemahan-terjemahan lain (dalam bahasa Inggris).

    Rasul Kristen Paulus tidak menunjukkan adanya perubahan dalam sifat Allah, bahkan setelah Yesus datang ke bumi. Ia menulis: “Allah adalah SATU” -Galatia 3: 20, lihat juga 1 Korintus 8:4-6.
    Ribuan kali dalam seluruh Alkitab, Allah disebutkan sebagai satu Pribadi. Bila Ia berfirman, ini adalah sebagai SATU Pribadi yang tidak terbagi. Alkitab benar-benar sangat jelas dalam hal ini.

    Seperti Allah katakan: “Aku ini [Yehuwa], itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada yang lain. “ (Yesaya 42 :8) “Akulah Yahweh Allahmu... Engkau tidak boleh memiliki allah-allah lain kecuali aku.” (Cetak miring red.)-Keluaran 20: 2, 3, JB.
    Untuk apa semua penulis Alkitab yang diilhami Allah akan berbicara mengenai Allah sebagai satu Pribadi jika Ia sebenarnya adalah tiga Pribadi? Apa gunanya hal itu, selain dari MENYESATKAN orang?
    Tentu, jika Allah terdiri dari tiga Pribadi, la akan menyuruh para penulis Alkitab-Nya untuk membuat hal itu benar-benar jelas sehingga tidak mungkin ada keraguan mengenai hal itu. Sedikitnya para penulis Kitab-Kitab Yunani Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Anak Allah sendiri tentu akan berbuat demikian. Ternyata TIDAK.! B|

    Sebaliknya, apa yang dinyatakan dengan sangat jelas oleh para penulis Alkitab ialah bahwa Allah adalah satu Pribadi;
    Pribadi yang unik, tidak terbagi-bagi yang tidak setara dengan siapapun juga: “Akulah [Yehuwa] dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. “ (Yesaya 45:5) “Engkau sajalah yang bernama [Yehuwa], Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”-Mazmur 83 :19.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @ BUKAN Allah yang JAMAK

      YESUS menyebut Allah “SATU-SATUNYA ALLAH YANG BENAR” (Yohanes 17:3)
      Ia TIDAK PERNAH menyebut Allah sebagai ilahi yang terdiri dari pribadi-pribadi jamak. Itulah sebabnya dalam Alkitab tidak ada satu pribadi pun selain Yehuwa yang disebut Yang Mahakuasa. > Jika tidak, arti kata “mahakuasa” tidak berlaku lagi.
      Yesus maupun roh kudus tidak pernah disebut demikian, karena hanya Yehuwa yang paling tinggi. Dalam Kejadian 17:1 Ia berkata: “Akulah Allah Yang Mahakuasa.” Dan Keluaran 18:11 berbunyi: “[Yehuwa] lebih besar dari segala allah.”

      Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ‘eloh’ah (allah) mempunyai dua bentuk jamak, yaitu, ‘elo-him’ (allah-allah) dan ‘elo-heh’ (allah-allah dari). Bentuk-bentuk jamak ini umumnya memaksudkan Yehuwa, dan dalam hal itu kata-kata tersebut diterjemahkan dalam bentuk tunggal sebagai “Allah.” Apakah bentuk-bentuk jamak tersebut menyatakan suatu Tritunggal? Tidak. Dalam A Dictionary of the Bible, William Smith berkata: “Gagasan khayalan bahwa [’elo-him’] memaksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi dalam Keilahian, sekarang hampir tidak mempunyai pendukung lagi di kalangan para sarjana. Hal itu adalah apa yang disebut para ahli tata bahasa bentuk jamak dari keagungan, atau itu menyatakan kepenuhan dari kekuatan ilahi. Kuasa keseluruhan yang diperlihatkan oleh Allah.”

      The American Journal of Semitic Languages and Literatures mengatakan tentang ‘elo-him.’ “Ini hampir selalu dijelaskan dengan suatu predikat kata kerja tunggal, dan membutuhkan atribut kata sifat tunggal.” Untuk menggambarkan ini, gelar ‘elo-him’ muncul 35 kali secara tersendiri dalam kisah penciptaan, dan setiap kali kata kerja yang menggambarkan apa yang Allah katakan dan lakukan adalah dalam bentuk tunggal. (Kejadian 1:1-2:4) Jadi, publikasi itu menyimpulkan: “[’Elo-him’] agaknya harus dijelaskan sebagai bentuk jamak yang bersifat intensif, yang menyatakan kebesaran dan keagungan.”

      ‘Elo-him’ bukan berarti “pribadi-pribadi,” melainkan “allah-allah.” Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal. Namun hampir semua pendukung Tritunggal menolak pandangan bahwa Tritunggal terdiri dari tiga allah yang terpisah.

      Alkitab juga menggunakan kata-kata ‘elo-him’ dan ‘elo-heh’ bila menyebutkan sejumlah allah-allah berhala yang palsu.
      (Keluaran 12:12; 20:23). Namun pada kesempatan lain hal itu bisa memaksudkan hanya satu allah palsu, seperti ketika orang-orang Filistin menyebutkan “Dagon, allah mereka [’elo-heh’].” (Hakim 16:23, 24) Baal disebut “allah [’elo-him]” (1 Raja 18:27) Selain itu, ungkapan ini digunakan untuk manusia. (Mazmur 82:1, 6) Musa diberi tahu bahwa dia akan menjadi “Allah [’elo-him’]” bagi Harun dan bagi Firaun.-Keluaran 4:16; 7:1.

      Jelas, menggunakan gelar-gelar ‘elo-him’ dan ‘elo-heh ‘untuk allah-allah palsu, dan bahkan manusia, tidak menyatakan bahwa masing-masing adalah allah-allah yang jamak; demikian juga menerapkan ‘elo-him’ atau ‘elo-heh’ pada Yehuwa tidak berarti bahwa Ia lebih dari satu Pribadi, terutama bila kita mempertimbangkan bukti dari ayat-ayat lain dalam Alkitab mengenai pokok ini.

      Delete
    2. @ Yesus CIPTAAN yang Terpisah

      KETIKA berada di atas bumi, Yesus adalah seorang manusia, meskipun manusia yang sempurna karena Allah telah memindahkan daya kehidupan dari Yesus ke dalam rahim Maria. (Matius 1: 18-25) Namun itu bukan awal kehidupannya. Ia sendiri menyatakan bahwa ia “telah turun dari sorga.” (Yohanes 3:13) Jadi wajarlah bila ia belakangan berkata kepada para pengikutnya: “Bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia [Yesus] naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?”-Yohanes 6:62.

      Jadi. Yesus sudah hidup di surga sebelum datang ke bumi. Tetapi apakah sebagai salah satu pribadi dalam Keilahian tiga serangkai yang mahakuasa dan kekal? Tidak, karena Alkitab dengan jelas menerangkan bahwa sebelum menjadi manusia, Yesus adalah suatu makhluk roh yang diciptakan sama seperti malaikat-malaikat adalah makhluk-makhluk roh yang diciptakan oleh Allah. Para malaikat maupun Yesus tidak hidup sebelum mereka diciptakan.

      Yesus, sebelum hidup sebagai manusia, adalah ‘yang sulung dari segala yang diciptakan.’ (Kolose 1:15) Ia adalah “permulaan dari ciptaan Allah.” (Wahyu 3:14) “Permulaan” [bahasa Yunani, ar-khe’] tidak dapat ditafsirkan bahwa Yesus adalah ‘pemula’ dari ciptaan Allah. Dalam tulisan-tulisannya di Alkitab, Yohanes menggunakan berbagai bentuk dari kata Yunani ar-khe’ lebih dari 20 kali, dan ini selalu mempunyai arti umum “permulaan.” Ya, Yesus diciptakan oleh Allah sebagai permulaan dari ciptaan-ciptaan Allah yang tidak kelihatan.

      Perhatikan betapa erat hubungan antara acuan-acuan kepada asal usul Yesus dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan oleh “hikmat” kiasan dalam buku Amsal di Alkitab: “TUHAN [Yahweh, NJB] telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang pertama-tama dahulu kala. Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama [”unsur-unsur pertama dari dunia,” NJB].” (Amsal 8: 12, 22, 25, 26)
      Meskipun istilah “hikmat” digunakan untuk mempersonifikasi pribadi yang Allah ciptakan, kebanyakan sarjana setuju bahwa ini sebenarnya adalah kata kiasan untuk Yesus sebagai makhluk roh sebelum hidup sebagai manusia.

      Sebagai “hikmat” sebelum menjadi manusia, Yesus selanjutnya berkata bahwa ia berada “di sampingNya [Allah], seorang pekerja ahli.” (Amsal 8: 30. JB) Selaras dengan peranan sebagai pekerja ahli ini, Kolose 1:16 (BIS) mengatakan tentang Yesus bahwa “melalui dialah Allah menciptakan segala sesuatu di surga dan di atas bumi.”

      Jadi melalui pekerja ahli inilah, seolah-olah mitra kerja-Nya yang lebih muda, Allah Yang Mahakuasa menciptakan semua perkara lain. Alkitab meringkaskan masalahnya sebagai berikut: “Bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu... dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang melalui dia, segala sesuatu telah dijadikan.” (Cetak miring red.)-1 Korintus 8:6, Revised Standard Version, edisi Katolik; BIS.

      Tiada sangsi lagi bahwa kepada pekerja ahli inilah Allah berkata: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” (Kejadian 1: 26) Ada yang mengatakan bahwa “Kita” dalam pernyataan ini menunjukkan suatu Tritunggal. Namun jika anda mengatakan, ‘Baiklah kita membuat sesuatu untuk diri kita,’ tidak seorang pun akan secara wajar memahami bahwa ini menyatakan beberapa orang digabungkan menjadi satu di dalam diri anda. Anda hanya memaksudkan bahwa dua pribadi atau lebih akan bersama-sama mengerjakan sesuatu. Maka, demikian pula, ketika Allah menggunakan “Kita,” Ia hanya menyapa suatu pribadi lain, makhluk roh-Nya yang pertama, sang pekerja ahli, pramanusia Yesus.

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
  4. Pada Topik diatas ..ada tertulis
    == Allah – Bukanlah Sang Putra

    Qur’an mewajibkan semua Muslim untuk percaya kepada ‘Isa, Putra Maria dan utusan Allah, dan juga kepada semua nabi. Ini berarti semua Muslim percaya kepada Kristus. Pertanyaannya hanyalah: Bagaimanakah Kristus dipresentasikan di dalam Qur’an?

    Qur’an beberapa kali menyinggung kenyataan bahwa Kristus dilahirkan oleh perawan Maria, tanpa disentuh oleh pria mana pun. Putranya diciptakan melalui firman Tuhan dan Roh-Nya di dalam Maria. Dikatakan bahwa Maria menjawab Jibril (Gabriel) demikian:…(Sura 19:20, 3:47).

    Muhammad menggambarkan konsepsi Yesus menurut caranya sendiri:..(Sura 21:92, 66:12).

    Berdasarkan hal ini, Orang-orang Muslim dapat percaya bahwa Kristus dilahirkan oleh perawan Maria. Namun demikian, mereka dengan keras menolak untuk percaya bahwa putra Maria juga adalah Putra Tuhan, karena Ia hanya diciptakan oleh Allah di dalam Maria, dan bukannya diperanakkan. Berdasarkan dogma Islam ini, Qur’an secara spesifik berkontradiksi dengan Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, yang diakui oleh semua gereja, yaitu bahwa Kristus adalah: “Tuhan dari Tuhan, Terang dari Terang, Tuhan yang sejati dari Tuhan yang sejati, diperanakkan bukan dibuat, sehakekat dengan Sang Bapa”.==
    -----------------------------
    Jika hanya atas dasar mukjizat kelahirannya..lalu Yesus dinisbatkan sebagai Tuhan..maka hal itu adalah suatu yang terlalu berlebihan.!
    Kenapa demikian..?
    Sebab, bila dibandingkan dengan mukjizat penciptaan ADAM yang dilahirkan tanpa adanya campur tangan seorang ayah dan juga seorang ibu... dimana ADAM langsung diciptakan Allah dengan "tangan"Nya sendiri.BUKAN di atas bumi..namun dia di ciptakan diatas langit (surga),
    > maka keunikan kelahiran Yesus yang cuma tanpa ayah itu.. sesungguhnya BUKANlah apa-apa dibandngkan kehebatan penciptaan ADAM yang di bentuk langsung oleh ALLAH di surga.

    Jika Yesus masih bersilsilah (anak Daud..Anak Ibrahim), maka ADAM sama sekali tidak bersilsilah..
    Semestinya.. kalian kaum Kristen menjadikan ADAM sebagai Tuhan sembahan...sebab FAKTANYA..dalam segala hal..ADAM jauh lbh hebat ketimbang Yesus.!

    Bahkan kalau mau jurdil, MELKISEDEK yang tak bersilsilah... yang tak berawal...tak berakhir.. yang kekal... sejuta kali lbh hebat ketimbang Yesus..
    @ Lalu..mengapa umkris tidak menjadikan Melkisedek sebagai Tuhan..??

    Sungguh penciptaan ISA Almasih aka Yesus itu..tiada lain merupakan "ujian keimanan: bagi umat manusia.

    Bagi kaum yang bodoh , menjadikan semua mukjizat kelahiran dan kenabianya..sebagai bukti ke-ilahi-annya..!
    Sedangkan bagi kaum yang beriman teguh, maka kejadian Yesus itu..akan disikapi dengan rasa takjub yg tidak berlebihan.. sebab kejadian ISA AS (yesus) tidak lebih hebat ketimbang kejadian penciptaan Matahari..atau planet2 yang bertaburan di alam semsta..!

    PIKIRKANLAH itu baik-baik... GBU.

    ReplyDelete
  5. TENTANG KRISTENISASI...SANG PENULIS WTOTES:
    ==Di Indonesia, sinode-sinode yang besar berkembang di antara suku-suku animistis seperti Batak, Dayak, dan suku-suku lainnya selama masa penjajahan Belanda. Dalam beberapa dekade terakhir, lebih dari 700 gedung gereja telah dirusak atau dibakar habis untuk mengurangi penampakan dominasi Kristen di daerah-daerah dan kota-kota islami.=
    --------------------------
    Inilah salah satu bentuk pemutar balikkan fakta yang menyesatkan ymat.

    Faktanya, jumlah Gereja Kristen di Indonesia yang penduduknya mayoritas ISLAM pada saat ini sudah mencapai 50.000 an lebih..Badingkanlah dgn prosentase umat Kristen yg hanya 10% dari populasi muslimin yang mayoritas.

    Apakah kalian pernah di halang2i dalam beribadah..? Tidak!
    Bahkan saat kalian mengetuk pintu-pintu rumah warha muslim dlm upaya pemurtadan pun.. kami umat muslimin Indonesia, masih berlapang dada..!

    Benarkah umat Islam di Indonesia Intoleran terhadap umat lain, khususnya kepada umat Kristiani..??

    Mari kita bktikan dengan data-data yang ada..
    Dengan merujuk data Kementerian Agama tahun 2008, jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 88,8 persen. Namun, jumlah tempat ibadahnya 64,8 persen saja.
    > Sementara jumlah pemeluk Kristen Protestan nasional mencapai 5.7 persen dengan jumlah tempat peribatan 15, 38 persen,
    > dan pemeluk Katholik nasional mencapai 3 persen dengan jumlah tempat peribatan 3.72 persen.

    Di DKI, jumlah pemeluk Islam mencapai 87.8 Persen dengan total jumlah tempat peribatan mencapai 67,21 persen.
    > Sementara pemeluk Kristen Protestan mencapai 4.69 persen dengan jumlah tempat peribadatan mencapai 22.92 persen.
    Lalu pemeluk Kristen Katolik mencapai 4.09 persen dengan jumlah peribadatan 1.03 persen.

    Apakah fakta Ini menunjukan bahwa salah umat Islam tidak toleran. ?

    Kami mengharapkan tidak hanya umat Islam saja yang harus bersikap toleran tapi juga umat lain juga harus berperan serta demi menciptakan kerukunan antar umat beragama.,

    ReplyDelete